12 Contoh Prosa dengan Tema Perempuan/Wanita

Hai Sobat IMYID, sudah sekitar satu bulan lebih admin tidak update artikel dikarenakan banyak sekali kesibukan offline. Nah, Pada kesempatan kali ini admin akan posting beberapa contoh prosa dengan tema perempuan. Kebetulan, Bulan april memang identik dengan kartini bener gak sih ? Hehehe, ya pasti dong ! Diharapkan dengan postingan ini, dapat membantu tugas sobat semua ya.. Yuk Mari simak baik - baik !


1.

Perempuan bagaimana yang menurutmu paling cantik?

Aku pernah berpikir dua masa sebelum ini, apakah saat aku bereinkarnasi nanti bisa jadi perempuan cantik? Kata orang-orang di luar sana, jadi perempuan harus terlihat cantik agar bisa menarik perhatian.

Untuk apa jadi cantik kalau cuma cari perhatian?

Menurutku, perempuan bisa jadi cantik kapan saja.

Apakah cantik haruslah seorang gadis muda?

Menurutku tidak,

aku selalu melihat ibu menjadi wanita yang paling cantik ketika ia tengah memasak lalu menyajikannya dengan telaten di atas meja makan.

Kemudian dengan kelembutannya mengambilkan nasi untuk ayah, untukku dan adik-adik, baru kemudian untuknya sendiri.

Ibu selalu terlihat cantik ketika menjadi seorang ibu meskipun umurnya tak lagi muda.

Apakah cantik haruslah seorang yang putih tinggi semampai?

Menurutku tidak. Aku selalu melihat bibiku menjadi paling cantik ketika Ia begitu cerdas mendeskripsikan suatu masalah dan bisa sesegera mungkin menemukan jalan keluarnya.

Ia juga selalu tau kapan harus menempatkan diri menjadi seorang gadis yang menarik di depan publik, kapan ia harus jadi perempuan sekaligus kakak yang bijaksana, dan kapan harus menjadi sosok manja di depan orangtuanya.

Cantiknya terlihat mengagumkan karena kecerdasannya.

Apakah cantik harus memakai baju mini dan terlihat seksi?

Menurutku tidak, aku selalu melihat guru TK adikku terlihat cantik kala ia tengah berjalan dengan anggunnya memakai gamis panjang dan untai hijab syar'i. Ia juga tak pernah menunjukkan diri sebagai orang yang highclass meskipun sebenarnya ia mampu.

Kecantikannya terlihat lebih istimewa karena kesederhanannya.

Apakah cantik haruslah seorang gadis dewasa?

Menurutku tidak,

Aku selalu melihat adikku terlihat cantik kala ia tengah menyibakkan poni sembari memerhatikan banyak anak jalanan yang tidur di bawah jembatan.

Ia bilang, "Mbak, kalau nanti Naya sudah besar, Naya mau cari uang yang banyak biar bisa bantu mereka sekolah juga seperti Naya. Berarti Naya harus pintar kan mbak sekolahnya? Nanti banyak-banyak ajarin Naya ya Mbak."

Adikku terlihat cantik karena kepolosan dan ketulusan hatinya.

Jadi,

perempuan bagaimana yang menurutmu paling cantik?


2.

Katamu semua perempuan lemah dan cengeng, mereka sering kali menangis,

Benarkah perempuan lemah dan cengeng?,

Dengar!, aku ingin memberitahu mu tentang perempuan didalam tulisan,

Pernahkah kau melihat perempuan melahirkan?, kau bilang ia lemah?, tidak, ia tidak lemah sama sekali, ia kuat mempertaruhkan nyawa demi melahirkan anakmu, ia hanya menangis agar terdapat ketenangan, karena air mata perempuan adalah obat penenang jiwanya, pernahkah kau melihat perempuan berteriak meminta anak yang sedang dilahirkannya mati?, tidak, mereka berusaha sekuat mungkin agar anaknya selamat dan sehat, itu tandanya perempuan tidak lemah.


Lalu, pernahkah kau melihat sebagian perempuan ikut membantu suaminya meringankan beban rumah tangga mereka?, tentu, sebenarnya untuk apa mereka membantu tugasnya ada didalam rumah bukan mencari nafkah, itu artinya mereka tidak lemah, mereka ikut memperjuangkan bingkisan cinta didalam rumah tangga, mereka hanya menangis sesaat ketika lelah hanya untuk tentang, setelahnya perempuan akan tersenyum kembali bersama anak-anakmu.


Kutanya lagi, pernahkah kau melihat perempuan menunggumu?, mengapa ia tidak pernah bosan menunggu?, tidak lemahkah ia?, tidak, ia kuat menunggu hanya dengan kata janji yang kau ucapkan, ia hanya menangis sesaat ketika lelah, lalu berjuang kembali.


Menurutku perempuan tidak lemah dan cengeng seperti yang kau kira,

Dan sekarang kau masih ingin mengatakan mereka lemah dan cengeng?


3.

Suatu hari aku pernah termenung. Tentang hakikat seorang perempuan. Mereka bilang perempuan lemah. Aku rasa itu tidak, karena dalam kacamataku perempuan itu luar biasa. Aku bukan bicara tentang diriku yang juga perempuan tetapi tentang seribu perempuan lain yang telah menunjukkan citranya.


Kadang kala aku pun berpikir dalam diam. Mereka bilang perempuan itu lebih baik duduk diam di rumah. Aku rasa itu tidak sepenuhnya benar. Karena perempuan juga mampu untuk berkiprah di berbagai ruang dunia.


Renungan dan renungan terus-menerus berlanjut, menyambung renungan sebelumnya. Betapa aku baru menyadari ternyata seorang perempuan banyak terikat dalam tali kehidupan. Entah dalam hal pekerjaan, keluarga atau impian dalam nuraninya sendiri.


Ketika seorang perempuan berdiri atau berjalan di tempat baru. Tidak semudah seorang lelaki yang bisa bergerak bebas menjelajah banyak penjuru dunia. Sedang seorang perempuan harus berdiri dengan segala kehormatan yang harus dijaganya.


Mereka bilang perempuan banyak menjadi penghuni neraka? Kenapa begitu? Marilah kita renungkan bersama.


Perempuan dengan segala keistimewahan yang dimilikinya. Keistimewahan yang di satu sisi memudahkannya dan di satu sisi menjatuhkannya. Mampu kah kita memanfaatkan dan menjaganya?


4.

Di sudut warung renta itu, aku terkesima menatap sesosok bidadari yang sedag sendirian diduk melesu di pojokkan sebuah bangku yang mulai lapuk dan berkeriput.

Mataku terus mencari perihal dia yang layu, tak semangat, selalu gaihkan lamunan sendu di ujung pilu.

.

Mataku masih tertuju padanya, bidadari bisu yang semakin enggan mengulum senyum di bibir ranumnya. Sesekali hanya mutiara-mutiara bening yang asyik menghias di kedua belas pipinya, menbentuk kilau-kilauan kesedihan.

Aku ingin mendekatinya. Aku ingin menawari dia sepiring angan-angan sebagai tempat bercerita perihal duka yang dirangkainya bersama genangan air mata di siang ini.

Tetapi hatiku berkata, "Jangan...!"

Aku biarkan dia asyik sendiri bergumul dengan peristiwa-peristiwa yang dirajutnya. Bercengkerama dengan isak sedu-sedan tangisan yang dibawanya.

.

Aku masih terpaku. Hanya segelas es teh manis yang semakin beku, yang menemaniku, yang masih terpesona wajah dingin sebeku es batu si pojokkan bangku itu.

Biarlah dinding-dinding bisu dan lugu menjadi saksi, saat-saat aku terpaku oleh wajah bidadari yang terbalut lara dalam menjinakkan kisah cintanya.


5.

Mengapa para pria selalu menyebut cengeng pada perempuan yang menangis?

Mengapa kaum adam menganggap airmata adalah senjata kaum hawa?


Baiklah, akan kuceritakan sebuah rahasia.


Perempuan menangis, karena ia paham benar bahwa kadang berteriak marah atau melemparkan barang-barang di sekitarnya hanya akan membuat rumah bagai kapal pecah, sementara bongkah kecewa dalam dada tak berkurang walau sedepa.


Perempuan berlinangan airmata, sebab ia sedang berbuat sesuatu bagi dirinya. Kepada bulir-bulir air yang menderas dari netranya, ia menitipkan segala luka yang menghujam jiwa, agar tak berlama-lama menikam atma.


Perempuan yang menangis, sejatinya sedang menunjukkan kehebatan Allah yang mengaruniakan airmata untuk membasuh dan memurnikan lagi rongga dadanya agar terbebas dari sakit hati, pun iri dengki.


Perempuan berlinangan airmata, kadang kala tak selamanya karena dukacita. Sebab perempuan terlalu lembut perasaannya, sehingga saat bahagia tak terkira ia pun menangis haru.


Jika airmata itu disebut senjata, mungkin ada benarnya. Bagi perempuan, tangisan kadang kala menjadi titik awal untuk kembali tegak, menyudahi kekalahan, serta mengikhlaskan segala bentuk kehilangan.


Perempuan ... justru menjadi kuat setelah menuntaskan tangisan.


6.

Kepadanya, wanita nan tegar, pejuang bersama durjananya mentari penusuk ubun-ubun


Jiwa membubu menatap segelintir nyawa pejuang nan tereksekusi bersama pahitnya buana. Meski menerjang mentari, membiarkan ubun-ubun di tengah terik, tiupan nafas mengguntur, mengempas derapan kaki nan terbakar, dan wajib aku lakukan.


Aku takut dia pergi, wanita lunglai nan terkujur dengan tatapan sendu.


Aku takut, sungguh aku takut. Wanita tempatku mengadu, bergantung, bercerita, merangkai aksara, menatap buana tak akan seestetis bersamanya.


Aku tak ingin nestapa bersamanya. Aku hanya ingin suka, kembali seperti sedia kala. Ibuku kini, tetap ibuku yang dulu. Ibu harus kuat, kuat, kuat!


Sungguh aku tak ingin sedih, duka. Tapi mengapa rintihku kini semakin membara?

Menatapnya nan berselimut dan memejamkan mata.


Ibu...

Ibu...

Tak bangun jua.

Ibu...

Ibu...

Nestapa, isakku menjadi, menghempas raga dan hembusan bayu nan menghadiahi melodi sendu


7.

Aku terperangah melihat undangan pernikahan yang diletakkan di meja kerjaku. Perlahan aku meraih undangan itu; Ridwan, rekan kerja satu divisi denganku, akan menikah dua hari lagi.

Ridwan dan calon istrinya tampak serasi pada foto undangan.


Aku jadi teringat pembicaraan aku dan Ridwan beberapa waktu lalu.


“Astrid teman jalan yang baik. Untuk ke kafe, clubing, tetapi bukan calon istri apalagi calon ibu terbaik untuk anak-anakku kelak.” kata Ridwan sambil membuka dompetnya dan memperlihatkan foto calon istrinya.


“Mengapa demikian?” tanyaku. Aku memuji kecantikan alami perempuan tanpa polesan dari sosok dalam foto yang ditunjukan Ridwan.


“Apakah menurut Bro perempuan yang suka hiburan malam akan menjadi istri dan ibu yang baik?” Ridwan balik bertanya.


“Semua bisa berubah, kan Bro? Lagian, bukankah selama ini dirimu juga menikmatinya?”


“Sulit merubah suatu kebiasaan, Bro. Aku tahu pasti itu. Seperti juga aku ingin meninggalkan kebiasaanku. Ratih yang kubutuh, bukan Astrid. Satu hal lagi; Bro lihat penampilan Astrid! Busananya, make up-nya, ... tidak pas untuk gaji kita sebulan. Astrid lebih cocok menjadi istri Pak Broto, pemilik perusahaan ini. Hehehe .... ” Ridwan cekikan.


“Aku tidak menyangka Bro lebih tertarik pada perempuan berkebaya. Juga sebaliknya, perempuan anggun seperti Ratih bisa-bisanya jatuh cinta pada Bro. Hehehehe ....”


“Enak saja! Memangnya aku sebegitu tak layaknya menerima anugerah terindah dari TUHAN? Ratih bukan hanya perempuan, makhluk yang diciptakan dari tulang rusuk laki-laki untuk menjadi pasanganku, tetapi dalam kebersahajaannya kutemukan persahabatan, cinta dan kasih tulus sosok ibuku serta saudariku.”


Aku meletakkan undangan tersebut kembali ke atas meja. Aku merasakan ada sesuatu menohok menyebabkan perih di hati. Dokter Ratih Kusumaningrum, sahabat kecilku akan resmi menjadi istri Ridwan. Sang calon mempelai perempuan yang kurindukan.


Aku bangkit dari tempat dudukku, menuju pantry. Secangkir kopi mungkin bisa menghiburku. Kulewati meja kerja Astrid. Penghuni meja tersebut lagi terisak, menambah limbah kertas dengan puluhan tisu penghapus air matanya. Bekas maskara mencoreng wajahnya. Aku tersenyum. Akhirnya kutemukan lagi tambahan salah satu alasan mengapa pilihan Ridwan jatuh pada Ratih.


8.

Perempuan. Enggan memulai meski ingin. Tetap bersikukuh akan pendiriannya. Tidak mau mengalah akan apa yang ia pertahankan.

Perempuan. Ia ingin selalu jadi prioritas. Meski hanya hal-hal kecil. Itu kodratnya.

Perempuan. Ia tidak setangguh lelaki. Namun ia tegar dalam hati. Ia tak sekuat lelaki. Namun kuat menyembunyikan sakitnya. Ia terlihat baik-baik saja meski nyatanya tidak.

Perempuan. Selalu ingin dimengerti. Setidaknya sekejap saja.

Tuhan melembutkan hatinya, agar kelak ia membimbing buah hatinya dengan penuh kasih sayang.

Perempuan. Tercipta dari rusuk lelaki yang paling bengkok. Sukar diluruskan, namun bukan berarti tak bisa. Perlahan mengubahnya agar tak patah. Juga jangan membiarkannya supaya tidak tetap bengkok.


9.

Apa yang kamu tahu tentang perempuan? Pandai memasak? Suka belanja? Atau senang berdandan?


Ya, itu yang sedikit kalian tahu tentangnya. Sementara tidak banyak yang faham ketika ia diam. Tahukah kamu diamnya perempuan bisa banyak artinya.


Ketika kecewa mendera hatinya, ia akan diam. Ketika ia marah, pun begitu. Bahkan ketika air mata tak lagi mampu ia keluarkan, maka hanya diam yang bisa ia lakukan.


Ia akan berdoa dalam diamnya. Memohon pada Yang Kuasa agar menentramkan segala kesedihan hatinya. Menyembuhkan luka dan marahnya, hingga kembali seperti sediakala.


Maka, fahamilah ketika perempuan diam.


10.

Di satu patahan waktu, seorang perempuan berona manis sedang duduk termangu di serambi, telinganya menangkap suara gending Ginonjing kesukaannya yang berhias tembang suara wanita. Perempuan itu terpejam, bagai menyesap helai demi helai lirik dan irama, memuaskan dahaga jiwa seninya. Kemudian beranjak dia, menyambar sebuah lembaran dan mengguratkan tinta di atasnya.

".... di hadapanku seorang perempuan, yang menyanyikan kami sebuah cerita. Betapa indahnya! Suatu impian yang mengalun dalam suara-suara indah, Kudus, jernih, dan bening, yang mengangkat roh kami, yang menggeletar-membubung ke atas ke dalam kerajaan makhluk-makhluk berbahagia." (Surat, 15 Agustus 1902). Seutas senyum pun tersungging ketika pena dia rebahkan.


Dialah Raden Ajeng Kartini. Perempuan yang lahir di Jepara, 21 April 1879 itu adalah putri seorang bupati Jepara bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan ibundanya bernama M.A. Ngasirah. Seusai mengenyam sekolah dasar, tradisi pingit menjadi sangkar untuk raganya sehingga menapak tangga pendidikan menjelma hanya sebuah impian. Namun, tak menjadi sangkar akan pikirannya yang mengepakkan sayap, melayang menembus batas. Sejak itulah membaca menjadi kawan setia bagi putri kelima dari sebelas bersaudara itu. Dari buku-buku pengetahuan, surat kabar, dan kemudian mulai berkorespondensi dengan para sahabat di Belanda. Kemajuan berpikir kaum perempuan di Eropa serupa magnet yang menarik antusiasnya. Berkembanglah layar-layar keinginan Kartini untuk memajukan dan membebaskan kaum perempuan pribumi yang saat itu masih berkalung diskriminasi.


"Pikiran adalah puisi, pelaksanaan seni! Tapi di mana bisa ada seni tanpa puisi? Segala yang baik, yang luhur, yang keramat, pendeknya segala yang indah di dalam hidup ini adalah puisi." (Surat, 2 April 1902)

Kartini telah menunjukkan jati dirinya sebagai seorang seniwati. Dia telah menanam benih-benih seni untuk menumbuhkan harkat dan martabat bangsa pribumi. Seni baginya adalah salah satu cara untuk mewujudkan cita-cita yaitu membebaskan rakyat terutama kaum perempuan dari belenggu tradisi dan penjajahan.


Keindahan karya-karya Kartini berwujud surat tertuang dalam 'Habis Gelap Terbitlah terang'. Sebuah buku yang mengandung perjalanan hidup, harapan-harapan, dan cita-cita Kartini memajukan kaumnya. Kartini adalah seorang perempuan pribumi, dan begitu sayang bahwa di angka 25 beliau tutup usia sebelum mengetahui buah karya dari perjuangannya. Beliau adalah pelita yang menerangi ruang kesadaran kaumnya yang temaram akan sebuah nasib. Bahwa perempuan sepatutnya boleh berkarya, boleh berbicara, dan boleh bermimpi.


"Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputera merdeka dan berdiri sendiri." (R.A. Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang)


11.

Jadi perempuan itu tidak gampang. Apalagi perawan. Harus sangat berhati-hati dalam pergaulan, apalagi pacaran. Salah sikap sedikit saja bisa berantakan. Keperawanan jadi ancaman.

Jika putus, yang terlihat jelek tentu perempuan. Bisa di cap sebagai "barang bekas".

Hati-hatinya perempuan berbeda dengan lelaki. Perempuan memiliki titik lemah yang lebih banyak daripada lelaki.

Besarnya kelemahan juga lebih banyak daripada lelaki. Namun kekuatan hati terletak pada hati perempuan.


Nikmatnya jadi perempuan.

Setelah menikah harus mengabdi pada suami, meski harus berpisah dengan orangtuanya. Begitulah kodratnya. Disini hati perempuan sangat diuji untuk kekuatannya. Meninggalkan orangtua bahkan kampung halaman demi lelaki yang baru dikenalnya. Inilah pengorbanan pertama seorang perempuan.

Lalu ketika perempuan mengandung, 9 bulan bukanlah waktu yang sebentar untuk membawa bayi dalam tubuh. Tidak ringan ketika perempuan harus kesana kemari dengan beban besar dalam perutnya.

Kesakitan yang berbeda dirasakan perempuan. Hanya perempuan hamil yang tahu.


Nikmatnya jadi perempuan.

Jika orang membawa beras 1 ton, maka dia bisa menyicilnya berkali-kali, namun perempuan melahirkan harus membawa beban 1 ton dengan satu kali dorongan, itu ibaratnya. Sakit bukan? Hanya perempuan melahirkan yang tahu.


Nikmatnya jadi perempuan.

Anak yang lahir disusui oleh perempuan, oleh ibundanya. Belum lagi jika si kecil gigit-gigit puting, hanya perempuan menyusui yang tahu rasanya.

Ketika sang anak rewel dan tetap harus mengerjakan pekerjaan rumah, hanya ibu rumah tangga yang tahu rasanya.

Nikmatnya jadi perempuan.


Namun, kadang lelaki menganggap perempuan itu cengeng. Perempuan itu lemah. Perempuan itu hanya butuh perlindungan.

Itu salah besar!


Ketika perempuan menangis, itu hanyalah basuhan luka yang membuat hatinya bersih kembali. Ketika perempuan banyak bicara, itulah kodratnya agar anak-anak dan suami bisa dipastikan baik-baik saja.


Perempuan itu kuat. Perempuan itu hebat.

Perempuan itu istimewa


12.

Jikalau ada orang yang bertanya, seperti apa perempuan itu di mataku? Sampai saat ini aku belum bisa menjawabnya. Karena pandanganku akan perempuan begitu banyak tergantung apa yang hatiku ingin katakan. Bila aku melihat perempuan itu adalah ibuku sendiri, bagiku Dia adalah pahlawan terhebat dalam hidupku. Berkat kasih sayang dan bimbingannya, seorang anak yang tidak memiliki daya apa-apa dirawat dan dibesarkan hingga menjadi anak yang mandiri. Jika harus dikalkulasikan, dunia beserta isinya bahkan tak sanggup membayar semua jasa yang telah diberikannya sepanjang hayat. Kalian sependapat denganku kan?


Tapi, bila aku harus menjawab sebuah tanya akan halnya perempuan di luar sana. Hatiku mesti menyusun kata yang tepat untuk menggambarkan rasa yang sedang aku alami. Jujur, aku adalah lelaki lemah dalam hal menghadapi makhluk Tuhan yang bernama perempuan. Entah Tuhan telah memberikan aura seperti apa sehingga kadang kata tersekat di tenggorokan dan jantung berdegup cepat bila harus melihat keindahan dari sebuah senyum yang tersungging di bibir manis yang sedang merekah. Hanya perempuan yang memiliki senyuman maut nan memabukkan seperti itu, bagiku.


Lalu, apakah aku sedang mendewakan makhluk ciptaan Tuhan yang bernama perempuan itu? aku tak tahu. Tapi aku memiliki pandangan tersendiri untuk menggambarkan seperti apa perempuan di mata dan hatiku. Pernahkah kamu melihat mawar yang sedang mekar? Warnanya indah kilaukan ceria bersama semerbak aroma surga. Semua orang ingin memilikinya, karena manusia sudah kodratnya menginginkan sesuatu yang indah dan cantik. Tapi, di balik keindahan sang bunga, ada duri tajam yang siap menusuk tangan jahil yang mencoba mematahkan bunganya. Ketika kamu mencoba menggenggamnya sangat erat, maka kamu akan menyakiti dirimu sendiri. Tetapi, bila kamu memilih menggenggamnya dengan pelan. Kamu tak akan bisa mematahkan dan mengambil bunga indah yang sangat ingin kau miliki.


Analogi bunga mawar itu tak mesti kau benarkan. Tapi percayalah, perempuan itu harus diperjuangkan. Bila ingin memilikinya, kamu mesti berani mendekatinya. Tapi kamu harus sadar, ada duri yang akan melukaimu bila kamu terlalu agresif padanya. Kamu akan dicampakkan layaknya sampah di matanya. Tapi bila kamu lebih memilih mencintainya dalam diam, aku sudah pernah melakukannya. Percayalah, walaupun sakit tapi kamu akan terbiasa. Karena Tuhan telah menyiapkan seseorang sebagai pendampingmu. Bila tidak di dunia, bidadari menantimu di akhirat. Di neraka? Entahlah.


Nah itulah 12 contoh prosa dengan tema perempuan. Semoga bermanfaat..


Search : contoh prosa, prosa banyak contoh, contoh prosa tema perempuan, prosa, tema prosa, 12 contoh prosa tema wanita, prosa tema wanita kuat, prosa tema ibu.

No comments for "12 Contoh Prosa dengan Tema Perempuan/Wanita"